Sabtu, 28 Maret 2015


Manajemen Operasional Lini Lapangan dan Mekanisme Operasional Lini Lapangan  Di Era Otonomi Daerah Dan BPJS 

1. PENDAHULUAN

            Keberhasilan Program KKBPK tidak terlepas dari peran penting Ujuang tombak pelaksana program KKBPK dilapangan, yaitu nya Penyuluh KB. Dalam menyukseskan program KKBPK penyuluh KB memiliki metode dan manajemen di lini lapangan yang memiliki peran penting demi berhasilnya Program KKBPK Namun seiring berkembangnya kebijakan pemerintah, baik dari segi sistem pemerintahan yang berubah menjadi otonomi daerah, maupun kebijakan pemerintah dalam hal pelayanan kesehatan yang memiliki peran langsung terhadap program KKBPK itu sendiri, yaitu nya berubahnya kebijakan tentang adanya Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).


2. PEMBAHASAN

1.      Pengertian Mekanisme Operasional Lini Lapangan
            Bekerja atau berfungsinya berbagai “Komponen operasional program KB” secara teratur, terencana dan terus menerus yang satu sama lain saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling menguntungkan secara sinergis dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan
            Tujuan Mekanisme Operasional Lini Lapangan
a. Tersampaikannya informasi teknis maupun politis yang berkaitan dengan pengelolaan program KB atau program-program pembangunan lainnya kepada pengelola program di Desa.
b. Terbentuknya kesepakatan operasional dari berbagai unsur terkait dalam pelaksanaan program KB di daerah.
c.   Berlangsungnya pengelolaan program KB secara terencana, terstruktur dan terus menerus.
d.   Terselenggaranya rapat pertemuan staff (staff meeting) paling sedikit 4 x dalam sebulan.
e.   Terselenggaranya rapat teknis pelayanan KB paling sedikit 1 x dalam sebulan.
f.    Terselenggaranya rapat koordinasi program KB tingkat. Kecamatan paling sedikit 1 x dalam setahun.
g.   Rapat minggon dengan pokok bahasan program KB paling sedikit 4 x dalam setahun 

        Tahap Pelaksanaan
S1. Staff Meeting (Pertemuan Staff)
P2. Pertemuan koordinasi teknis pelayanan KB
P3. Pertemuan koordinasi KB tk. Kecamatan
P4. Pertemuan koordinasi mingguan (rapat minggon)
P5. Pertemuan institusi masyarakat tk. Kecamatan.
P6. Pertemuan institusi tk. Desa.
P7. Pertemuan kelompok akseptor dsb.
P8. Pertemuan pelayanan kontrasepsi, pelayanan bina-bina
     Keluarga dan  peningkatan ekonomi keluarga
                                                                                                                   
Skema Mekop

images.jpg

2.      Pengertian Manajemen Operasional Lini Lapangan
Keberhasilan Manajemen Operasional Lini Lapangan   program KB sangat tergantung pada faktor-faktor Catur Bhava Utama.  Mampu mengelola catur bhava utama dengan baik, cerdik dan cerdas akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan program KB.
CATUR BHAVA UTAMA (Tenaga, Dana, Sarana, Metoda)
1.    Tenaga
Faktor Tenaga dalam menggerakan dan menggulirkan Mekanisme Operasional merupakan factor yang sangat berpengaruh. Dalam pelaksanaan kegiatan program KB pada dasarnya dilakukan oleh semua pihak.  Semua pihak itu dapat berperan aktif apabila terdapat kesepakatan  dengan pengelola KB.  Dan sebaliknya semua pihak tidak akan mmpedulikan apa yang direncanakan oleh PKB jika ia berjalan sendiri tanpa ada kesepakatan dengan berbagai pihak yang ada dimasyarakat.  Untuk mewujukan pelaksanaan program KB yang optimal perlu mendapatkan kesepakatan  yang prima antara Pengelola KB ( termasuk PKB) dengan tenaga-tenaga yang menjadi mitra kerja nya.  
2.    Dana
Tidak dapat dipungkiri faktor dana menjadi hal yang mempengaruhi berjalan atau tidaknya Mekanisme operasional.  Melakukan Penggerakan masyarakat memerlukan dana yang tidak dapat dianggap enteng.
3.    Sarana
Kelengkapan sarana yang menunjang berpengaruh juga terhadap pelaksanaan program KB di lini lapangan. Contoh dari Sarana tersebut, motor / kendaraan operasional PKB, media KIE, alat-alat pelayanan KB, alat bantu visual, computer, ATK
4.    Metoda
Metoda penyampaian isi pesan atau informasi yang dilakukan oleh PKB ataupun mitra kerja dalam pelaksanaan program hendaknya menarik,  acapkali menjadi kendala bagi penerima pesan tersebut.  Metoda penyampaian isi pesan hendaknya menarik, tidak membosankan, sesuai dengan penerima pesan / sasaran, dan sebaiknya disertai dengan contoh yang benar dan konkrit.

3.      Pengaruh Sistem Otonomi Daerah dan BPJS terhadap Mekanisme Operasional Lini Lapangan (MeKop) dan Manajemen Operasional Lini Lapngan (MOLL)
            Semenjak awal Januari 2004 masalah Keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah daerah (otoda). Semenjak saat itu lah Program Keluarga Berencana mulai memperlihatkan kemunduran. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap pentingnya arti Program Keluarga Berencana yang awal nya merupakan tanggung jawab BKKBN, terhadap masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Masalah Kependudukan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, karena jika berbicara tentang kependudukan tidak terlepas dari kulaitas SDM, Jumlah Penduduk, Migrasi, Kelahiran, Kematian, sampai kepada kesejahteraan Penduduk. Seiring dengan berkembangnya zaman, menuntut paradigma baru di dalam keluarga berencana yang bukan hanya mengurus soal alat kontrasepsi, namun juga berkaitan dangan empat pilar utama BKkbN, yaitu:
a.       Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
b.      images.jpgPengaturan Jarak Kelahiran
c.       Pembinaan terhadap Kelompok Kegiatan Tri Bina (BKB, BKR, BKL)
d.      Peningkatan Kesejahteraan Keluarga

Mengingat pentingnya arti program KB in ilah makanya diperlukan mekanisme operasional yang mantap Namun seiring berjalannya waktu, dan perubahan sistem pemerintahan ke otonomi daerah, mekanisme operasional Lini Lapangan pun sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan dari pihak-pihak terkait serta dukungan yang kurang dari pemerintah. Mekop akan dapat berjalan dengan baik, apabila Manajemen Oprasional Lini Lapangan( MOLL) juga mendukung.
Namun Pada kenyataan MOLL juga tidak baik, karena dilihat dari beberapa faktor:
a.       Tenaga (Man)
Kenyataan dilapangan sekarang ini, jumlah tenaga Penyuluh KB sudah semakin kurang. Ideal nya satu orang PLKB membina 1-2 wilayah binaan, namun saat ini kenyataan nya satu orang PLKB bisa membina 7-10 wilayah  binaan. Hal ini sangat berdampak terhadap pencapaian dan kualitas kerja dari PLKB tersebut. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki wilayah binaan 7-10 wilayah akan dapat memberikan hasil yang baik, karena beban kerjanya yang sudah melebihi standar. Ini terjadi di era otoda, karena tenaga fungsional banyak yang dialihkan ke tenaga struktural, sehingga tenaga dilapangan semakin berkurang. Selain itu, kurangnya perekrutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, sehingga adanya PLKB yang pensiun tidak di imbangi dengan bertambahnya tenaga baru. Hal inilah yang mengakibatkan kemerosotan pencapaian dan keberhasilan program KB.
b.      Dana (Money)
Setiap kegiatan yang akan dilakukan, sangat tergantung terhadap dana. Baik untuk kegiatan maupun biaya operasional. Namun denagn adanya otoda ini pagu anggaran untuk program KKBPK pun sangat kurang dibandingkan waktu vertikal. Bagaimana mau melaksanakan kegiatan jika anggaran tidak ada.
Apalagi di era BPJS sekarang, yang mana untuk biaya Jasa Medis atau pemasangan alat kontrasepsi akan dibayarkan langsng oleh BPJS, yang mana biaya nya include dengan keseluruhan biaya yang ditimbulkan dari pemasangan Kontrasepsi tersebut. Belum lagi prosedur yang yang harus dijanani untuk klaim BPJS ini yang dikhawatirkan hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap pencapaian kaseptor KB Baru. Dengan prosedur yang banyak dan kurangnya batuan dana APBN untuk pemasangan Alkont ini, tenaga medis pun tidak dapat bekerja secara maksimal. Begitu juga dengan masyarakat yang telah biasa dimanjakan oleh subsidi yang diberikan pemerintah. Hal ini berakibat terhadap pencapaian peserta KB baru yang merupakan parameter keberhasilan program KKBPK.
c.       Sarana (Material)
Ketersediaan sarana dan prasarana juga memiliki andil yang cukup besar terhadap keberhasilan program Kb. Dengan adanya Otoda juga berdampak kepada berkurangnya pengadaan terhadap saran dan prasaran yang dibutuhkan. Karena, dalam hal ini pemerintah daerah tidak siap dengan anggaran yang cukup besar untuk pengadaan sarana dan prasarana.
d.      Metoda (Methode)
Metoda juga memiliki arti yang tak kalah penting Karena keberhasilan suatu program sangat bergantung kepada metoda yang digunakan. Untuk itu, seorang PLKB dituntut uktuk dapat menciptakan metode baru agar masyarakat tertarik dengan program yang disampaikan. Hal ini memerlukan adanya pelatihan tentang bagaimana seorang PLKB dapat menjadi kreatif, memiliki ide-ide cemerlang. Namun dengan adanya otoda ini, pelatihan terhadap PLKB dirasa sangat kurang, karena anggaran yang juga sangat minim.

3. PENUTUP                                   
                1.        Kesimpulan
                         Keberhasilan Program KKBPK tidak terlepas dari peran penting Penyuluh KB. Dalam                          melaksanakan tugas sehari-hari PLKB memiliki Manajemen Operasional Lini                                  Lapangan    program KB yang sangat tergantung pada faktor-faktor Catur Bhava Utama.                       Jika PLKB Mampu mengelola catur bhava utama dengan baik, cerdik dan cerdas akan                                meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan program KB.

             2.        Saran
a.       Perhatian dari pemerintah daerah sangat diperlukan demi keberhasilan Program KKBPK
b.      images.jpgFaktor terpenting dari setiap kegiatan adalah SDM dan Dukungan dana, untuk itu, diharapkan pemerintah mereview lagi tentang pendaan program KKBPK ini, dan lebih memperhatikan tenaga dan SDM yang ada, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tenaga lapangan itu sendiri.
c.       Perlu dikaji ulang untuk mengembalikan Program KKBPK kepada pusat (vertikal) mengingat penting nya arti dari Program KKBPK itu sendiri.





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar