Manajemen Operasional Lini Lapangan dan Mekanisme Operasional Lini Lapangan Di Era Otonomi Daerah Dan BPJS
1. PENDAHULUAN
Keberhasilan Program KKBPK tidak
terlepas dari peran penting Ujuang tombak pelaksana program KKBPK dilapangan,
yaitu nya Penyuluh KB. Dalam menyukseskan program KKBPK penyuluh KB memiliki
metode dan manajemen di lini lapangan yang memiliki peran penting demi
berhasilnya Program KKBPK Namun seiring berkembangnya kebijakan pemerintah,
baik dari segi sistem pemerintahan yang berubah menjadi otonomi daerah, maupun
kebijakan pemerintah dalam hal pelayanan kesehatan yang memiliki peran langsung
terhadap program KKBPK itu sendiri, yaitu nya berubahnya kebijakan tentang
adanya Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).
2. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Mekanisme Operasional Lini Lapangan
Bekerja
atau berfungsinya berbagai “Komponen operasional program KB” secara teratur,
terencana dan terus menerus yang satu sama lain saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
saling menguntungkan secara sinergis dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan
Tujuan Mekanisme Operasional Lini Lapangan
a. Tersampaikannya
informasi teknis maupun politis yang berkaitan dengan pengelolaan program KB
atau program-program pembangunan lainnya kepada pengelola program di Desa.
b. Terbentuknya
kesepakatan operasional dari berbagai unsur terkait dalam pelaksanaan program
KB di daerah.
c. Berlangsungnya
pengelolaan program
KB secara terencana, terstruktur dan terus menerus.
d. Terselenggaranya
rapat pertemuan staff (staff meeting) paling sedikit 4 x dalam sebulan.
e. Terselenggaranya
rapat teknis pelayanan KB paling sedikit 1 x dalam sebulan.
f. Terselenggaranya
rapat koordinasi program KB tingkat.
Kecamatan paling sedikit 1 x dalam setahun.
g. Rapat
minggon dengan pokok bahasan program KB paling sedikit 4 x dalam setahun
Tahap Pelaksanaan
S1. Staff Meeting (Pertemuan Staff)
P2. Pertemuan koordinasi teknis pelayanan KB
P3. Pertemuan koordinasi KB tk. Kecamatan
P4. Pertemuan koordinasi mingguan (rapat minggon)
P5. Pertemuan institusi masyarakat tk. Kecamatan.
P6. Pertemuan institusi tk. Desa.
P7. Pertemuan kelompok akseptor dsb.
P8. Pertemuan pelayanan kontrasepsi, pelayanan
bina-bina
Keluarga
dan peningkatan ekonomi keluarga
Skema
Mekop
2. Pengertian Manajemen
Operasional Lini Lapangan
Keberhasilan Manajemen Operasional Lini Lapangan program KB sangat tergantung pada
faktor-faktor Catur Bhava Utama. Mampu
mengelola catur bhava utama dengan baik, cerdik dan cerdas akan meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelaksanaan program KB.
CATUR BHAVA UTAMA (Tenaga, Dana, Sarana, Metoda)
1. Tenaga
Faktor Tenaga dalam
menggerakan dan menggulirkan Mekanisme Operasional merupakan factor yang sangat
berpengaruh. Dalam pelaksanaan kegiatan program KB pada dasarnya dilakukan oleh
semua pihak. Semua pihak itu dapat berperan
aktif apabila terdapat kesepakatan
dengan pengelola KB. Dan
sebaliknya semua pihak tidak akan mmpedulikan apa yang direncanakan oleh PKB
jika ia berjalan sendiri tanpa ada kesepakatan dengan berbagai pihak yang ada
dimasyarakat. Untuk mewujukan
pelaksanaan program KB yang optimal perlu mendapatkan kesepakatan yang prima antara Pengelola KB ( termasuk PKB)
dengan tenaga-tenaga yang menjadi mitra kerja nya.
2.
Dana
Tidak dapat dipungkiri
faktor dana menjadi hal yang mempengaruhi berjalan atau tidaknya Mekanisme
operasional. Melakukan Penggerakan
masyarakat memerlukan dana yang tidak dapat dianggap enteng.
3.
Sarana
Kelengkapan sarana yang
menunjang berpengaruh juga terhadap pelaksanaan program KB di lini lapangan.
Contoh dari Sarana tersebut, motor / kendaraan operasional PKB, media KIE,
alat-alat pelayanan KB, alat bantu visual, computer, ATK
4.
Metoda
Metoda penyampaian isi pesan
atau informasi yang dilakukan oleh PKB ataupun mitra kerja dalam pelaksanaan
program hendaknya menarik, acapkali
menjadi kendala bagi penerima pesan tersebut.
Metoda penyampaian isi pesan hendaknya menarik, tidak membosankan,
sesuai dengan penerima pesan / sasaran, dan sebaiknya disertai dengan contoh
yang benar dan konkrit.
3. Pengaruh
Sistem Otonomi Daerah dan BPJS terhadap Mekanisme Operasional Lini Lapangan
(MeKop) dan Manajemen Operasional Lini Lapngan (MOLL)
Semenjak awal Januari 2004
masalah Keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah daerah (otoda).
Semenjak saat itu lah Program Keluarga Berencana mulai memperlihatkan
kemunduran. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah daerah
terhadap pentingnya arti Program Keluarga Berencana yang awal nya merupakan
tanggung jawab BKKBN, terhadap masalah kependudukan yang ada di Indonesia.
Masalah Kependudukan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, karena jika
berbicara tentang kependudukan tidak terlepas dari kulaitas SDM, Jumlah
Penduduk, Migrasi, Kelahiran, Kematian, sampai kepada kesejahteraan Penduduk.
Seiring dengan berkembangnya zaman, menuntut paradigma baru di dalam keluarga
berencana yang bukan hanya mengurus soal alat kontrasepsi, namun juga berkaitan
dangan empat pilar utama BKkbN, yaitu:
a. Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
b. Pengaturan Jarak Kelahiran
c. Pembinaan terhadap
Kelompok Kegiatan Tri Bina (BKB, BKR, BKL)
d. Peningkatan Kesejahteraan
Keluarga
Mengingat pentingnya arti program
KB in ilah makanya diperlukan
mekanisme operasional yang mantap Namun seiring berjalannya waktu, dan
perubahan sistem pemerintahan ke otonomi daerah, mekanisme operasional Lini
Lapangan pun sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini mungkin
disebabkan karena kurangnya pengawasan dari pihak-pihak terkait serta dukungan
yang kurang dari pemerintah. Mekop akan dapat berjalan dengan baik, apabila
Manajemen Oprasional Lini Lapangan( MOLL) juga mendukung.
Namun Pada kenyataan MOLL juga
tidak baik, karena dilihat dari beberapa faktor:
a.
Tenaga
(Man)
Kenyataan dilapangan sekarang
ini, jumlah tenaga Penyuluh KB sudah semakin kurang. Ideal nya satu orang PLKB
membina 1-2 wilayah binaan, namun saat ini kenyataan nya satu orang PLKB bisa
membina 7-10 wilayah binaan. Hal ini
sangat berdampak terhadap pencapaian dan kualitas kerja dari PLKB tersebut.
Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki wilayah binaan 7-10 wilayah akan
dapat memberikan hasil yang baik, karena beban kerjanya yang sudah melebihi
standar. Ini terjadi di era otoda, karena tenaga fungsional banyak yang
dialihkan ke tenaga struktural, sehingga tenaga dilapangan semakin berkurang.
Selain itu, kurangnya perekrutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah,
sehingga adanya PLKB yang pensiun tidak di imbangi dengan bertambahnya tenaga
baru. Hal inilah yang mengakibatkan kemerosotan pencapaian dan keberhasilan
program KB.
b.
Dana
(Money)
Setiap kegiatan yang akan
dilakukan, sangat tergantung terhadap dana. Baik untuk kegiatan maupun biaya
operasional. Namun denagn adanya otoda ini pagu anggaran untuk program KKBPK
pun sangat kurang dibandingkan waktu vertikal. Bagaimana mau melaksanakan
kegiatan jika anggaran tidak ada.
Apalagi di era BPJS sekarang, yang mana untuk biaya Jasa Medis
atau pemasangan alat kontrasepsi akan dibayarkan langsng oleh BPJS, yang mana biaya nya
include dengan keseluruhan biaya yang ditimbulkan dari pemasangan Kontrasepsi
tersebut. Belum lagi prosedur yang yang harus dijanani untuk klaim BPJS ini
yang dikhawatirkan hal
ini tentu sangat berpengaruh terhadap pencapaian kaseptor KB Baru. Dengan prosedur
yang banyak dan kurangnya
batuan dana APBN untuk pemasangan Alkont ini, tenaga medis pun tidak dapat
bekerja secara maksimal. Begitu juga dengan masyarakat yang telah biasa
dimanjakan oleh subsidi yang diberikan pemerintah. Hal ini berakibat terhadap
pencapaian peserta KB baru yang merupakan parameter keberhasilan program KKBPK.
c.
Sarana
(Material)
Ketersediaan sarana dan prasarana
juga memiliki andil yang cukup besar terhadap keberhasilan program Kb. Dengan
adanya Otoda juga berdampak kepada berkurangnya pengadaan terhadap saran dan
prasaran yang dibutuhkan. Karena, dalam hal ini pemerintah daerah tidak siap
dengan anggaran yang cukup besar untuk pengadaan sarana dan prasarana.
d.
Metoda
(Methode)
Metoda juga memiliki arti yang
tak kalah penting Karena keberhasilan suatu program sangat bergantung kepada
metoda yang digunakan. Untuk itu, seorang PLKB dituntut uktuk dapat menciptakan
metode baru agar masyarakat tertarik dengan program yang disampaikan. Hal ini
memerlukan adanya pelatihan tentang bagaimana seorang PLKB dapat menjadi
kreatif, memiliki ide-ide cemerlang. Namun dengan adanya otoda ini, pelatihan
terhadap PLKB dirasa sangat kurang, karena anggaran yang juga sangat minim.
3. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Keberhasilan Program KKBPK tidak terlepas dari peran penting
Penyuluh KB. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari PLKB memiliki Manajemen
Operasional Lini Lapangan
program KB yang sangat
tergantung pada faktor-faktor Catur Bhava Utama. Jika
PLKB Mampu mengelola catur bhava utama dengan baik, cerdik dan cerdas akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan program KB.
2.
Saran
a.
Perhatian
dari pemerintah daerah sangat diperlukan demi keberhasilan Program KKBPK
b.
Faktor terpenting dari setiap
kegiatan adalah SDM dan Dukungan dana, untuk itu, diharapkan pemerintah
mereview lagi tentang pendaan program KKBPK ini, dan lebih memperhatikan tenaga
dan SDM yang ada, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tenaga
lapangan itu sendiri.
c.
Perlu
dikaji ulang untuk mengembalikan Program KKBPK kepada pusat (vertikal)
mengingat penting nya arti dari Program KKBPK itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar